Kali ini saya menemui lagi sosok penuh pembelajaran bagi diri pribadi, namanya Bu Guru Entin, beliau adalah seorang guru di Madrasah Diniyah Takmiliyah Awwaliyah (MDTA) Ar Raudoh, kampung Ciguha, Desa Kiara Payung, Kecamatan Cibitung, Pandeglang-Banten.
Beliau ini sudah mengabdikan dirinya untuk mengajar dan mendidik anak-anak di kampung Ciguha sejak tahun 2000, bisa teman-teman hitung sendiri berapa lama beliau mengabdikan dirinya. Ia mengajarkan baca tulis Al-Quran dan pengetahuan dasar tentang agama Islam kepada anak-anak, dan tahukan teman-teman, berapa honor beliau? Hanya 50 ribu per/bulan, itu bukan hanya beliau saja, tapi juga rekan-rekan guru yang lain.
Saat ditanya, kenapa beliau mau melakukan hal itu, mau mengajar dan mendidik anak-anak, padahal bayarannya tidak sebanding, tapi dengan begitu sederhana beliau menjawab dengan campuran logat sundanya yang khas.
"Saya ingin ada kamajuan (-red kemajuan) buat anak-anak di sini, kalau anak-anaknya pada ngarti, pada belajar, mudah-mudahan ada kamajuan buat agama, bangsa dan negara. Kalau rezeki insyaallah ada dari mana aja, Allah pasti ngasih rezeki buat kita, yang penting kitanya ikhlas aja udah niat lilahi ta'ala. Jangan ngaharepin dari ngajar. ngajar dan ngedidik mah udah kawajiban kita semua" Ungkap Bu Entin.
Pendidikan formal beliau hanya sampai sekolah menengah pertama, beliau memilih pendidikan tradisional keagamaan, yaitu pesantren, kurang lebih sembilan tahun.
Dari latar belakang pendidikan yang berasal dari pesantren inilah saya kira jiwa dan karakter Bu Guru sekaligus Ustdazah Entin terbentuk, pahit getir, asam manis garam kehidupan telah banyak beliau lalui.
Saat berkunjung ke tempat tinggalnya, sungguh amat sederhana, hanya saung panggung yang terbuat dari bambu dan kayu. Bagian depannya digunakan untuk mengajar ngaji anak-anak selepas maghrib.
"Siapa lagi kalau bukan kita yang mau peduli, kalau anak-anak pada gak bisa ngaji nanti gimana. Alhamdulillah kalau ke pendidikan mah saya pentingkan, anak-anak saya juga diusahain bisa lanjut sekolah, bisa nyantri. walau ibaratnya kita orang tua gak makan gak apa-apa, yang penting ini anak jangan sampai putus sekolah, jangan sampai berhenti belajar, pasti ke rasa manfaatnya kalau anak terdidik, insyaallah manfaat, yang penting kita ikhlas lilahi ta'ala. Terus juga supaya ilmu juga manfaat, mudah-mudahan jadi amal jariyah" Ungkapnya.