Cinta adalah perihal batiniah, cinta adalah anugerah sekaligus derita, bahagia namun juga luka, suka namun juga duka, ia adalah tangis namun juga tawa. Cinta adalah obat sekaligus penyakit, ia bisa menghidupkan namun bisa juga mematikan, cinta berisi dua kutub yang saling bertentangan namun manunggal menjadi satu kesatuan.
Cinta tidak selalu tentang bahagia, namun juga derita, tidak selalu tentang tawa tapi juga tangis air mata, cinta tidak selalu tentang memiliki, tapi juga melepaskan.
Cinta adalah sesuatu yang tajali (udah dari sononya), anugerah terbesar kehidupan, ia tak bisa dijelaskan secara definisi. Karena cinta sifatnya adalah batiniah, maka ia hanya bisa ditranskripsikan (dibaca) oleh yang batiniah pula, oleh rasa yang murni.
Ia pun tak bisa dimiliki secara paksa, rasa batiniah untuk mencintai dan dicintai, tidak bisa dibeli oleh apapun, maka beruntunglah bagi mereka yang mencintai kemudian dicintai oleh yang mereka cintai. Cinta mereka saling berbalas.
Memang betul ketika ada seseorang mengatakan bahwa di dunia ini masih banyak jutaan bahkan milyaran wanita ataupun pria lain di luar sana, jika ia tak mau, maka tinggal pilih yang lain.
Tapi, persoalannya tidak semudah itu, hal itu sama saja seperti engkau bisa menikah dengan siapapun yang engkau mau, tapi engkau takkan bisa memilih kepada siapa hatimu mencintai.
Mungkin jika bisa diatur, ketika mencintai, kita inginnya bisa memilih, tapi cinta tak bisa diatur seperti demikian.
Saya ingin menceritakan sebuah kisah,
Pada suatu hari di kota Baghdad, ada seorang pemuda, pada satu waktu, ia melihat seorang gadis yang selalu membeli kurma di tokonya, setiap kali gadis tersebut berkunjung ke tokonya, si pemuda tersebut merasakan perasaan yang aneh yang tak bisa ia jelaskan, padahal, tak pernah sekali pun mereka ngobrol atau berbincang, si gadis hanya membeli kurma kemudian pulang.
Pada satu kesempatan, si pemuda melempar senyum kepada si gadis dan si gadis pun membalas tersenyum padanya, semakin hari, hati si pemuda semakin gundah tak menentu. Maka, datanglah ia pada sang guru, untuk menanyakan perihal sesuatu yang dialaminya.
"Wahai guru, entah kenapa hatiku merasa gundah, sosok gadis itu selalu terbayang di pikiranku"
"Sudah berapa lama engkau mengalami kegundahan itu?"
"Untuk perasaan aneh yang aku alami telah terjadi sejak dua tahun yang lalu, namun perasaan aneh tersebut berubah menjadi kegundahan yang tak pernah aku tahu penyebabnya"
"Wahai muridku, sesungguhnya engkau tengah jatuh cinta"
"Tapi, bagaimana mungkin, aku tidak pernah berbicara apapun dengannya, aku tidak pernah berbincang apapun dengannya, kecuali sebatas keperluan antara pedagang dan pembeli saja. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi?"
'Itulah cinta, ia bisa datang tanpa kau sadari bahwa ia telah bersemayam di hatimu"
Kemudian, setelah diketahui, ternyata gadis tersebut adalah salah satu selir dari gubernur kota Baghdad. Si pemuda itu datang kembali pada gurunya.
"Wahai guru, beritahu aku bagaimana cara menghilangkan rasa cinta, aku sungguh menderita karenanya"
"Cinta adalah sesuatu yang tajali, ia adalah sesuatu yang alamiah, ia tak bisa kau bunuh, ia takkan mati sekalipun engkau mati. Terima saja rasa cinta itu, jika engkau cinta, ya cinta saja, engkau harus bisa membedakan apa itu cinta dan apa itu nafsu. Yang membuat engkau menderita adalah hasrat untuk memiliki, jika engkau memang mencintainya, ya cintai saja, terimalah segala rasa yang tertanggung dalam cinta yang kau alami, jika ia mengandung derita, maka terimalah rasa derita itu, jika ia mengandung bahagia, syukuri dan nikmatilah rasa bahagia itu."
"Memang berat, tapi begitulah hakikatnya, karena engkau pun tidak bisa memaksa orang lain untuk memiliki rasa yang sama dengan rasa yang kau miliki, engkau tidak bisa memaksa orang lain untuk mencintaimu"
"Wahai guru, seandainya bisa memilih, aku tidak pernah ingin mencintai gadis selir gubernur, kalau bisa, aku ingin mencintai yang lain saja. Wahai guru, mengapa mencintai bisa se-menyakitkan ini"
"Wahai muridku, cinta adalah energi jiwa, jika ia hadir di hidupmu, jadikanlah ia sesuatu yang bermanfaat bagi pertumbuhan jiwa dan dirimu. Jika engkau menjadikannya sebagai derita, maka ia akan menjadi penyakit bagimu. Tapi, Jika engkau menjadikannya sebagai kekuatan, maka ia bisa menjadi penolong bagimu"
Perihal bab mencintai, jika perasaan batiniah cinta itu hadir di dirimu, terima dan akuilah ia. Semakin kau tolak maka ia akan menghujam semakin kuat. Ikhlaslah dan ridholah terhadap cinta, maka ia akan memelukmu dengan hangat.