Masa-masa yang penuh tanda tanya, yaitu adalah satu waktu atau momen tertentu dalam masa hidup perjalanan seorang manusia, yang di mana ia mulai bertanya banyak hal terkait tentang dirinya, tentang kehidupan yang dijalaninnya, tentang kejadian dan segala peristiwa yang menimpa, dihadapi dan dilalui oleh dirinya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi hal ini terjadi, diantaranya adalah tekanan sosial dan nilai-nilai normatif yang berkembang di komunitas seseorang itu hidup, pengalaman yang dilalui, nilai-nilai spiritualitas dan kondisi jiwa.
Secara alamiah, di dalam diri manusia, ada sesuatu yang saya menyebutnya sebagai akal sadar, akal sadar adalah akal yang selalu bertanya, akal sadar adalah akal yang memiliki kesadaran terhadap dirinya sendiri.
Jangankan manusia modern saat ini, jika mengikuti sejarah manusia dalam ranah teologi agama samawi, manusia pertama yang diciptakan Tuhan, yaitu Adam, ia pun pernah mengalami hal yang sama. Setelah sekian lama di dalam surga, ia memperhatikan keadaan sekitarnya, ia merenungi, mencoba memahami dan menyelami apa artinya hidup. Ia bertanya-tanya tentang hidup yang dijalaninya di dalam surga, apa maknanya hidup di surga dengan segala fasilitasnya, dirinya diselimuti berbagai tanda tanya.
Pertama, Adam melihat dua ekor burung sedang hinggap di sebuah dahan, mereka bernyanyi dalam kicauan khas para burung, terlihat riang bergembira, sambil sesekali mengepakkan sayap-sayap yang indah dan berkilauan, kemudian mereka terbang lagi berkeliling di atas pohon-pohon surgawi.
Ia pun melihat dua Menjangan dengan tanduk keemasan berlarian saling berkejaran satu sama lain, dari mata mereka, terlihat sorot kebahagiaan, tak ada lelah ketika mereka saling berkejaran satu sama lain, kemudian kedua Menjangan itu bergumul dan saling menyentuhkan tanduk satu sama lain, dan setelah itu mereka berdepa di rerumputan surgawi.
Adam terus bertanya tentang apa yang sebenarnya ia alami, padahal, semua penghuni surga adalah temannya, ia bisa mengajak bermain siapapun yang ia mau.
Tapi, karena Adam memiliki akal sadar, ia merasa tetap ada yang berbeda. Jalinan pertemanannya dengan para penghuni surga yang lain, yang berbeda dengan jenis dirinya, dirasa sangat berlainan, ia tetap merasa berbeda. Itulah manusia pertama yang mengalami masa-masa penuh tanda tanya. Sampai kemudian, Tuhan melihat kegelisahan Adam, saat Adam tidur, Tuhan menciptakan Hawa yang diambil dari tulang rusuk Adam.
Ternyata, segala kesenangan apapun tak bisa mengalahkan rasa kesepian dan kesendirian, kurang apa Adam di dalam surga, segalanya telah Tuhan sediakan untuk Adam, tak ada kurang satu apapun dalam hal pemenuhan kesenangan dan kebutuhan Adam.
Tapi, ternyata Adam merasa ada yang kurang di dalam dirinya, tapi ia tidak tahu apakah hal yang kurang itu. Dan, ternyata Adam kesepian, ia tak memiliki teman dari jenis dirinya.
Menurut sejarah teologis, setelah Adam bangun dari tidurnya, ia melihat ada seseorang yang mirip dengan jenis dirinya namun berbeda secara penampilan. Adam pun merasakan hatinya berdebar-debar.
"Siapakah engkau," tanya Adam
"Aku adalah Hawa, yang diciptakan Tuhan dari tulang rusukmu, dan aku diciptakan untuk menemani dirimu"
Adam sangat gembira tak terkira, ia kini memiliki teman, teman yang sesungguhnya dari jenis yang sama dengan dirinya, semua penghuni surga pun turut berbahagia melihat Adam yang kini ditemani Hawa. Berkumpullah berbagai makhluk surgawi mengelilingi Adam dan Hawa, memberikan ucapan selamat dan doa untuk mereka berdua.
Agar mereka berada dalam ikatan yang kuat, maka Adam dan Hawa pun dinikahkan dengan disaksikan para penduduk surga. Inilah awal di mana kegelisahan dan masa-masa tanda tanya Adam tentang hidup yang dijalaninya sudah mulai terjawab. Ia membutuhkan teman dan Cinta.
Bahkan, Adam rela menderita mendapatkan hukuman dikeluarkan dari nikmatnya surga akibat melanggar aturan, asalkan itu bersama Hawa, Adam pun mengambil resiko tersebut. Setelah meminta ampunan pada Tuhan, Adam pun dikeluarkan bersama Hawa. (Walaupun Iblis ikut terlibat terhadap proses dikeluarkannya adam, tapi sebenarnya pilihan ada di dalam diri Adam sendiri, berhubung Adam mencoba mengambil resiko, akhirnya ia mendapatkan akibat dari apa yang diperbuatnya sendiri).
Di situlah dimulainya kehidupan Adam dan Hawa yang sesungguhnya sebagai seorang manusia. Segala derita menjadi tak berarti saat ada dua hati dan dua jiwa yang saling mengisi, menguatkan satu sama lain, dan melalui semuanya bersama-sama.