SCALEUPJOURNEY - Hai Journian, kita ketemu lagi nih, bersyukur untuk sahabat Journian yang masih bisa diberikan kesempatan berkunjung lagi ke blog ini, itu tandanya kita masih diberikan kesehatan dan tekad untuk terus belajar, begitu pun dengan kami, amat sangat bersyukur karena masih bisa berbagi insight lagi bareng sahabat Journian semua.
Kali ini, kita akan membahas tentang seni hidup minimalis dari teteh Konmari alias Teh Marie Kondo dari Jepang. Beliau adalah seorang konsultan di bidang "Bebenah", rapi-rapi dan tata ruang, cuma nih, ada hal yang membedakan antara bebenah ala teh Konmari jika dibandingkan dengan yang lain, yaitu beliau menghubungkan seni bebenah dengan cara menjalani hidup.
Jadi, ada efeknya gitu, ada dampak manfaatnya gitu antara seni bebenah dengan bagaimana cara kita menjalani kehidupan.
Baca juga : Prinsip Hidup 2T
Pada akhirnya, dikenal lah konsep seni hidup minimalis yang diilhami dari ilmu bebenah ruangan yang dipopulerkan oleh Teh Konmari alias Marie Kondo.
Seni hidup minimalis adalah ilmu tentang Bebenah atau rapi-rapi ruangan yang kemudian diaplikasikan di kehidupan secara nilai. Pada awalnya, teteh Konmari mengambil filosofi bebenah ruangan untuk kemudian ia terapkan di kehidupannya, dan ternyata membawa dampak yang luar biasa bagi hidupnya.
Bebenah itu ternyata tak hanya sekedar bebenah ruangan, tapi juga bebenah hidup.
Prinsip Seni Hidup Minimalis
1. Buang yang tak perlu, dalam prinsip bebenah ruangan, buanglah segala sesuatu yang menjadi beban atau hanya sekedar menumpuk dan menyempitkan ruangan.
Begitu pun dengan hidup, buang lah segala hal yang tak perlu dipikirkan, jika pikiran tersebut hanya menambah beban dan tak berdampak baik, atau tak berdampak apapun maka lebih baik dibuang saja.
Misalnya, omongan orang lain yang menyakitkan, perlakuan orang lain yang buruk dan tidak respect kepadamu, ya sudah, buang saja, buat apa memikirkan hal tersebut, tak mendatangkan manfaat sama sekali.
Baca juga : Filosofi Pesawat Kertas
Bersihkan ruang pikiran kita dari hal-hal yang tak perlu, jangan sampai menjadi sampah di dalam kepala.
2. Kebahagiaan tidak ditentukan oleh jumlah barang
Dalam bebenah dan tata ruangan, justru ruangan yang paling baik adalah ruangan yang paling simple, bukan ruangan yang paling banyak menumpuk benda-benda.
Begitu pun dengan hidup, bukan soal seberapa banyak benda yang kita punya, tapi seberapa berguna dan manfaat benda tersebut bagi kita.
3. Bukan seberapa mahal, tapi seberapa bernilai
Cukup simpan sesuatu yang menurutmu prioritas dan punya nilai, kita tak perlu membeli barang-barang mahal agar terlihat wow atau keren.
Sesuatu yang keren itu bukan soal mahal, tapi soal kreativitas, bagaimana kita mengolah mempadu padankan segala sesuatu agar bernilai, atau punya daya kreasi.
Begitu pun dengan hidup, tidak perlu berpenampilan parlente, sederhana saja, simple namun tetap rapi dan enak dilihat.
Cukup pakai apa yang kita miliki, jangan memaksakan sesuatu yang tidak kita miliki.
4. Kategorisasi
Yaitu memilih dan memilah sesuatu berdasarkan jenis dan kelompoknya, sesuai prioritas dan kebutuhannya. Misalnya, jika buku digabungkan dengan buku, pakaian dengan pakaian. Setelah dipilih pun perlu dipilah, mana buku yang prioritas untuk disimpan di paling atas atau sering kita baca dan mana yang cukup disimpan di bawah dan lain sebagainya.
Begitu pun dengan hidup, mulai saat ini, lebih baik kita memilih dan memilah berbagai jenis aktifitas yang akan kita lakukan, mana yang prioritas, mana yang kebutuhan, yang mendadak, yang penting dan yang tidak penting.
Dengan demikian, minimalnya hidup kita jadi lebih tertata, sehingga kita bisa merasakan ruang hidup yang lebih luas.
Dengan mempelajari seni hidup minimalis, kita bisa tahu dan paham, mana yang penting dan mana yang tidak penting di hidup kita, mana yang harus kita simpan dan mana yang harus kita buang.
5. Menata dan mengelola
Dalam seni bebenah dan menata ruangan, kita harus pandai-pandai melihat ruang, menata ruangan tersebut agar cukup untuk aktifitas dan kebutuhan yang kita inginkan, serta sedap dipandang mata.
Begitu pun dengan hidup, kita harus jeli dan pandai melihat momen, kondisi, waktu dan kejadian. Pandai menempatkan diri di kehidupan sosial yang dijalani, mengetahui mana waktunya untuk bercanda, mana waktunya untuk serius, dan mana waktunya untuk berjuang dan mana waktunya istirahat. Mana waktunya untuk menunjukkan diri dan mana waktunya untuk menepi dan sunyi.
Kurang lebih seperti itulah filosofi secara ringkas dari teteh Konmari alias Marie Kondo dari Jepang, seorang konsultan bebenah dan tata ruang, bukan hanya bebenah ruangan, tapi juga bebenah hidup.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk sahabat Journian semuanya yaa, sampai jumpa lagi di tulisan berikutnya. (Dipa Amarta Wikrama / @sanikradufatih)***