SCALEUPJOURNEY - Hi sahabat baik Journian, udah berapa hari nih ya kita gak ketemu, mohon maaf nih sebelumnya, karena beberapa hari ini belum ada update artikel terbaru untuk scale up your life.
Beberapa pekan belakangan ini, ada beberapa hal yang mesti diselesaikan dan dibereskan terlebih dahulu di dunia nyata, heheh :D
Tapi, untuk kali ini, aku mau cerita tentang Sabila aja deh, itu tuh anak perempuan imajiner yang diciptakan oleh team Scale Up Journey untuk merepresentasikan rasa keinginan tahuan untuk senantiasa belajar dan menemukan jalan untuk terus menuju kesadaran hidup.
Baiklah kalau begitu, kita langsung aja berkisah tentang Sabila.
Di sore yang gerimis, gadis kecil yang baru saja menginjak usia 15 tahun, terlihat sedang memikirkan sesuatu. Namanya Sabila Ilmiya, orang-orang memanggilnya Sabila, ia hanya tinggal dengan Ibunya yang merupakan seorang guru TK.
Sabila ini memang agak berbeda di bandingkan anak seusianya, di saat yang lain lebih suka Citayam Fashion Week dan ikut-ikutan trend, justru yang ia lakukan adalah berpikir dan bertanya-tanya, kenapa orang-orang bisa begitu antusias dengan mudah sekali terbawa oleh trend atau sesuatu yang viral seperti Citayam atau sejenisnya.
Mungkin hal ini bisa dimaklumi, karena, sejak sedari kecil, Sabila ini sepertinya diprospek untuk menjadi tahfidz filsafat, khususnya tahfidz filsafat Mulla Shadra, Neo Aristotelian Ibnu Rusyd, filsafat iluminasi Suhrawardi dan Ghazali, walau ada beberapa pemikiran filsafat Barat dan Timur juga yang diajarkan.
Maklum, almarhum ayahnya adalah seorang filsuf asketik yang memiliki koleksi ratusan buku di perpustakaan pribadi, dan kadang kala almarhum ayahnya tersebut sering kali menerangkan beberapa hal terkait filsafat dalam konteks dan bahasa yang sederhana, sehingga mudah dimengerti oleh Sabila.
Maka terbentuklah Sabila yang kritis dan penuh tanda tanya, selalu penasaran dan haus akan ilmu. Padahal usianya baru 15 tahun ya.
Di sore yang gerimis itu, Sabila bertanya pada Ibunya.
"Ibu, aku selalu khawatir, sebenarnya apa itu masa depan, dan akan jadi apakah aku di masa depan nanti, apakah aku akan menjadi cantik, apakah aku akan menjadi kaya raya, atau memiliki kekasih yang baik hati atau kah sebaliknya" Tanya Sabila.
"Putriku, masa depan itu adalah ruang waktu imajiner yang diciptakan oleh manusia dalam pikirannya sendiri. Realitasnya, tak pernah ada sesuatu yang dinamakan masa depan, coba sekarang kamu pikirkan, seperti apa ruang waktu masa depan? Itu hanyalah ruang waktu imajiner yang dibuat oleh manusia untuk mengira-ngira suatu masa di waktu yang akan mendatang. Tapi, hakikatnya, masa depan itu tak pernah ada, yang ada hanyalah masa kini, hari ini, detik ini dan saat ini. Waktu senantiasa bergerak maju, tak pernah bisa kita lompati, apa yang kita sebut masa depan itu, pada akhirnya akan menjadi masa kini, saat ini dan detik ini. Dan, dengarlah putriku, apapun yang terjadi nanti, maka terjadi lah, apapun itu, jika memang harus terjadi, maka terjadilah. Melihat masa depan bukanlah tugas kita, lebih baik engkau fokus pada saat ini, detik ini, menyadari kehidupan di saat ini. Ibu akan tetap berusaha mencintaimu apapun dan bagaimana pun yang terjadi padamu kelak nanti. Menjadi apapun dan hal apapun yang nanti engkau hadapi, semoga engkau bisa banyak belajar dari hal tersebut dan membuat dirimu menjadi pribadi yang lebih baik. Intinya, engkau mesti menyiapkan dirimu sebaik mungkin untuk nanti menghadapi berbagai hal yang mungkin saja terjadi."***