SCALEUPJOURNEY - Hi sahabat Journian, wah seneng banget bisa ketemu sahabat semua, semoga semuanya dalam keadaan sehat dan baik ya, tahu gak kali ini kita mau bahas apa? Yaps, tentang "tak ada kehidupan yang sempurna", apa tuh yang dimaksud tak ada kehidupan yang sempurna, oke deh, kita langsung aja kalau gitu.
Sahabat Journian, mungkin kali ini, kita mengalir aja ya, seperti cerita aja. Journian, kita semua tahu, bahwa kita tak bisa memilih untuk dilahirkan dari rahim siapa dan keluarga mana, kita tak bisa memilih akan memiliki nasib seperti apa dan bagaimana, kita tak bisa memilih untuk memiliki wajah rupawan atau kah sebaliknya.
Tapi yang pasti, semuanya pasti ingin memilih yang rupawan atau good looking, gak akan ada yang mau dilahirkan bad looking, semuanya pasti ingin dilahirkan di keluarga yang kaya raya, tak ada orang yang ingin dilahirkan dari keluarga miskin.
Baca juga : Law of Life 1 : Reaksi Sesuai Aksi
Seandainya semua hal itulah bisa kita pilih, tentu kita ingin memilih semua yang menurut kita menguntungkan dan menyenangkan. Tapi, ternyata semua hal itu tak bisa kita pilih, kita hanya bisa terima jadi apa yang telah dikaruniakan oleh Tuhan.
Jika segala hal bisa dipilih dengan sesuka hati, maka apa lah artinya menjalani hidup, jika segala-galanya bisa dipilih sesuai kehendak hati, mungkin orang tersebut sudah tak tinggal di Bumi, tapi di sorga.
Takkan ada kejutan yang menarik lagi jika segalanya bisa kita inginkan dengan mudah, terkait hal-hal azali (udah dari sononya) alias hal yang gak bisa kita pilih, seperti keluarga, wujud fisik dan segala hal yang sifatnya "terima jadi dari Tuhan", kita syukuri dan terima dengan segenap keihklasan. Kita tak perlu fokus kepada hal tersebut atau meratapi nasib dan membandingkannya dengan orang lain.
Manusia adalah makhluk yang dibekali akal dan daya cipta atau kreativitas, justru, bagaimana caranya dengan segala hal yang telah disediakan dan diberikan Tuhan, kita bisa menjadi kreatif dan menggunakan itu semua dengan semaksimal mungkin untuk kebermanfaatan hidup dan kehidupan.
Setiap orang selalu memiliki kadar masalah dan tantangannya masing-masing, yang mesti kita pahami adalah "tak ada kehidupan yang sempurna" di dunia ini, yang ada hanyalah "kehidupan yang saling menyempurnakan satu sama lain".
Kita mesti menyadari, bahwa kita tak selalu bisa mendapatkan semua yang kita mau, kita tak bisa memiliki semua yang kita inginkan, dan tak semua mimpi serta harapan bisa kita wujudkan.
Baca juga : Perempuan Bukan Pelayan, Kami adalah Mitra Untuk Bersama-sama Bertumbuh dari Pemikiran Simone De Beauvoir
Maka, yang mesti kita lakukan adalah menerima dengan sepenuh ketulusan dan kesyukuran terhadap segala apapun yang hadir di kehidupan, entah pahit atau manis, duka atau suka, derita atau pun bahagia, kita terima semuanya, kita peluk hangat mereka semua.
Karena, makanan pun tak melulu selalu gula dan kecap yang manis, kadang kala kita perlu garam yang asin, cuka yang asam serta cabai atau sambal yang pedas agar makanan menjadi nikmat.
Begitu pun kehidupan dan cinta, tak melulu harus selalu tawa dan bahagia, ada kalanya harus ada kesakitan dan derita untuk membuat kita kuat dan hebat, ada kalanya kita dihadapkan pada kegagalan agar mau terus berjuang dan belajar, ada kalanya kita harus menangis berduka, agar kita tak mudah menyia-nyiakan dan menghargai apa yang saat ini ada dan hadir di kehidupan kita.
Sekali lagi, Tak ada kehidupan yang sempurna, yang ada hanyalah kehidupan yang saling menyempurnakan satu sama lain. (Dipa Amarta Wikrama / @sanikradufatih)***